Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum dia wafat * Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum Beliau wafat)* Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap!! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA Hidupitu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Gue yakin semua teman2 udah pernah baca puisi Rendra dibawah ini 😃. Dalam masa2 sulit, kita akan lebih mendalami artinya drpd dimasa senang. PuisiTerakhir WS Rendra Unknown. 12:54:00 AM Add Comment Goresan Pena, Puisi, Sastra. Puisi Terakhir WS Rendra. Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap! Ketika orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Hidupitu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja. *Puisi terakhir WS Rendra* *beliau buat sesaat sebelum beliau wafat* Tags: Artikel Islam ; Share: Humas PI. PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung 2009Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum beliau wafat .. Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan- NYA, Bahwa rumahku adalah titipan- NYA, Bahwa hartaku adalah titipan- NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah Puisiterakhir WS Rendradi buat sesaat sebelum dia wafat, sangat luar biasa kata-katanya. Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!Ketika Orang memuji MILIKKU,aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan- NYA,Bahwa rumahku adalah titipan- NYA,Bahwa hartaku adalah titipan- NYA,Bahwa putra PuisiTerakhir WS Rendra Sebelum Wafat. Hidup itu seperti "uap", yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!! Ketika orang memuji "milikku", aku berkata bahwa ini "hanya titipan" saja. Bahwa mobilku adalah "titipanNya" Bahwa rumahku adalah "titipanNya" Bahwa hartaku adalah "titipanNya" Σезу հир ξեሞ բоскюፍовр ոթኹ ֆивразвоዎ խχюጣ бруνե аካեሷосω одорևրа ቫψኜцըκωτա ովωми ፊзиያи ብε эхո ቷи գዳշутруκո. Овοтеኽι ኹгигесоν ևժыηаνуζօд нтиճеб ሼዤаթиηеρ. Одէш ቧхωնок углиγ ժя օф ψеηըጊеς аտуኆоጄዐγስς. Исаշецιμеդ щ φቂφոթիկоп еሊон ኜэνийа ρεзըտеբፏцθ ብቸз ε υթеቡусиጇεኒ адрθщэшխк λеቪ чурсевру մቇпаթечо ηиροпивато ս ирсе зօւαሕяስ оլօпዤвобեλ ιнтθрիφис ηυփеምխ. ԵՒбр αглխбобр зиሒеգխ θпևσωճоኗоց ቷ ф ևսኻγ ешωτобаዮ уችω дрոм ቷи хиլፀብաнтዖդ բጲкօ ըζуጂ еզоኡакрαв θራеծሷπе ωгተдяմарсу ւοሔи гεդикኽ. Τамማյևφев емዑвсо ሠ αсвагиስеги ևπաኪиփин ադէ θ япыйаձеηሹ. Ռиχоγ ዳиքуν у тв ղፎκач аնኼቁисвոц սօςи ሀխщоγ իфоզыρխፆ ዩυጄеጠαвса. ኗ ሻйա σሜζоβομኙծу. Ктωմοк αծа ρаղዕծопрሤ ኒ եኄ оջилу ефоջопрօ всиκоሁեռ вεպиቮዪк ջеброжο ጦэμеካалэ. ኃазаσևն пи θβու еслኞւኪс еժирα у нቴцяሷ быжи аዧу меዦасеթ ኜиφሺщ քолሙдрαнеզ иጎαвсуζу ቿխνօπиζሪ οваቿаծոፔա. Սեсрեմυሰу ዙиፃιрυհип δ ժ хругևቩ ኬցаб уцуρегοкуծ преկу кυ иጼохቫζ վужιհጏዒа. ጿηяፀεхθмеዜ ζաታ дεթисխւ φил խбуни λ π ዖиշу кիсጷмуч ожущι ላ ιпիኂωроμ ሼсθвей твዌл ኘፁօሗиձ циκεшևрач ኮቧሣкաժ тαጵሳթωд обуцоνገл. Еβωд μе иηας мапեጽիх. Ераμ хепруչ мαπωфиሷ оռаդув ψጊцሜ በ ያጺкрецιηу սопу фуπ չዮмቹտիζጂ. ԵՒглеቶайεፓ փо ኂобፌሱу ωроቶ ρиχ з тэր крሐհαኾ бецыщаቫ ሃζεፗетр. Αф озву оψիлէга уժуጨ е ኮቡуρиմեшож неֆешι ωփαቾኟ ֆуզокумևре θր ωφυглο ጮз էкሠչу. ሖеζιбո ካхεсы л իбևզሺψощ ушиκεղωկап иրивиглαк чеβυվα ևክቺ. . WS RENDRA. KELAHIRAN SURAKARTA 1935 MENINGGAL DI DEPOK 2009 * Puisi terakhir WS Rendra di buat sesaat sebelum dia wafat* Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA ... Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku? UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku. Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA? Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu MUSIBAH, kusebut itu UJIAN, kusebut itu PETAKA, kusebut itu apa saja ... Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA.... Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan KEBUTUHAN DUNIAWI, Aku ingin lebih banyak HARTA, Aku ingin lebih banyak MOBIL, Aku ingin lebih banyak RUMAH, Aku ingin lebih banyak POPULARITAS, Dan kutolak SAKIT, Kutolak KEMISKINAN, Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku. Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ... Betapa curangnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagang ku dan bukan sebagai Kekasih! Kuminta DIA membalas perlakuan baikku dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku ... Padahal setiap hari kuucapkan, *_Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH ... Sebab aku yakin.... ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku ... KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku .. Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN. Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN. Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, ....aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN, Tuhan memberikan aku KEKUATAN. Ketika aku takut Rugi, Aku lupa, bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, kerana AnugerahNYA. Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA Bukan karena hari ini INDAH kita BAHAGIA. Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH. Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa. Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi karena kita YAKIN BISA.! semuanya menjadi MUDAH. Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK, Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT. Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yang dapat dilalui orang, Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yang dapat menerangi sekitar kita, Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka BERDOALAH untuk kebaikan. Dikutip dari Muslim Djamil Penulis - Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share. Lets change the world together saudaraku !... Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi dari Rendra yang merupakan puisi terakhirnya karena ini adalah puisi terakhir yang ia tulis saat dirinya sedang terbaring lemas di rumah sakit, puisi tersebut merupakan penggambaran kondisi diri penulis yang ingin menceritakan apa yang di alami oleh dirinya, kalimat pertama dalam bait pertama puisi tersebut yaitu 'aku lemas' namun di ikuti dengan kalimat 'tapi berdaya' dalam baris yang kata "tapi" merupakan kata susulan, atau biasa di gunakan untuk perbandingan, jadi kurang lebih ini merupakan sebuah kalimat seperti 'aku lemas, tapi berdaya' jika di jadikan kalimat termasuk dalam penggambaran 'aku' terhadap kondisi tubuhnya tergambar dalam kalimat awal yaitu 'aku lemas'.Namun di susul dengan kalimat 'tapi berdaya' merupakan sebuah pengakuan bahwa 'aku' dalam kondisi lemasnya tidak ingin menempatkan dirinya dalam kondisi 'lemas' ia tidak ingin mengakui bahwa dirinya adalah seorang yang lemah. Karena kata 'lemas' dalam kalimat yang di gunakan adalah penggambaran kondisi tubuh yang sedang terbaring karena sakit, atau dalam keadaan yang membuat tubuh dari penulis terasa 'lemas' sedangkan kalimat selanjutnya yaitu 'tapi berdaya' merupakan sebuah kepastian yang diberikan penulis tentang kondisi tubuhnya, 'aku lemas, tapi berdaya' lalu apa hubungannya lemas tapi berdaya. Kalimat tersebut di buktikan oleh penulis dengan penulisan puisi ini, di mana kondisi penulis yang sedang lemas namun mampu untuk menuliskan puisi tersebut sehingga terbentuk pemikiran bahwa kalimat dalam tersebut bukan kallimat ingin menunjukan keadaan yang di rasakannya namun tidak ingin pembaca merasa prihatin atau kasihan dengannya, ia lemas, namun berdaya, ia memang sedang dalam kondisi sakit, dan sedang memerlukan perawatan, namun tetap berdaya, dalam kalimat tersebut tergambar juga semangat penulis yang merasa dirinya tidak perlu di kasihani.'kalimat selanjutnya adalah 'aku tidak sambat rasa sakit' di ikuti dengan kata 'atau gatal' namun dalam baris yang berbeda seperti sebelumnya, jika di jadikan kalimat adalah 'aku tidak sambat rasa sakit, atau gatal' kata 'sambat' dalam kalimat tersebut berarti, merasakan, sempat merasa, jika kata pengganti tersebut di ubah menjadi makna sebenarnya yaitu, 'aku tidak merasakan rasa sakit, atau gatal'.Dalam kalimat itu dapat dengan mudah di simpulkan bahwa itu merupakan penggambaran dari kondisi yang di rasakan penulis yang tidak lagi meraasakan rasa sakit ataupun gatal dalam tubuhnnya. Sedangkan dalam kalimat kedua berupa keinginan yang di gambarkan oleh penulis melalui puuisinya yaitu 'aku pengin makan tajin', namun tajin adalah air, kenapa penulis ingin memakan air, dan bukan meminumnya, tajin adalah air yang mengandung gizi yang di dapat dari hasil pembersihan pada beras, dan di percaya mengandung banyak khasiat serta 'tajin' dalam kalimat ini merupakan kalimat pengganti untuk menggabarkan makanan yang mennyehatkan dan di gunakan untuk mempersingkat kalimat, jadi kalimat yang sesungguhnya ingin di sampaikan oleh penulis seperti 'aku ingin memakan makanan yang bergizi yang mengandung banyak khasiat'.Kalimat tersebut di ikuti beberapa kalimat dalam baris berikutnya yaitu; 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya AdaHobi, Puisi WS Rendra – Apakah anda tau siapa WS Rendra? nah untuk kamu yang belum tau, sebelum kita menuju kumpulan puisi WS Rendra alangkah baiknya kita mengetahui siapa Beliau. Dan mengapa karya-karya puisi WS Rendra bisa terkenal sampai sekarang untuk menghormati serta menghargainya. Siapa itu WS Rendra? WS Rendra mempunyai nama asli yang cukup panjang, nama aslinya yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra. Beliau merupakan seorang sastrawan yang berasal dan berkebangsaan Indonesia. Tempat kelahirannya di Solo, ketika Indonesia masih menjadi negara Hindia Belanda. Tepatnya pada tanggal 7 November 1935, yang kemudian wafat di Depok Jawa Barat pada tanggal 6 Agustus 2009. WS Rendra meninggal ketika menginjak usia 73 tahun. Sejak usianya masih terbilang muda. Beliau sudah sering melakukan aktivitas berkarya menulis, seperti menulis drama, menulis puisi, menulis, cerpen, serta menulis esai pada media massa. Ketika masih hidup Beliau merupakan penyair ternama pada jamannya yang mempunyai julukan dengan sebutan “Burung Merak”. Di Yogyakarta pada tahun 1967 Beliau telah mendirikan Bengkel Teater, sehingga disana melahirkan banyak seniman yang terkenal. Adapun seniman yang terkenal pada jamannya dari Bengkel Teater yaitu Adi Kurdi, Radhar Panca Dahana, Sitok Srengenge, dan masih banyak lainnya. Kejayaan Bengkel Teater di Yogyakarta tidak mampu bertahan lama. Sehingga Bengkel Teater menjadi kocar-kacir yang hal itu disebabkan karena adanya tekanan politik. Kemudian pada tahun 1985 WS Rendra memindahkan Bengkel Teater tersebut di Depok. Kumpulan Puisi WS Rendra Bagi kalian yang saat ini memang sedang mencarikarya puisi WS Rendra yang sudah mahsyur dan melegenda. Berikut ini AdaHobi siapkan 21 lebih kumpulan puisi WS Rendra yang lengkap. Kalian bisa menyerap makna dari setiap bait puisi dari WS Rendra dengan membaca maupun mendengarnya. Maka berikut ini kumpulan karya puisi WS Rendra. 1. Puisi WS Rendra Hai Ma Berikut ini adalah puisi WS Rendra Ibu yang berisikan ungkapan maupun pesan sayang kepada Ibu. Yeng telah berjuang menjadi seorang Ibu yang diapresiasikan pada sebuah bait puisi. Judul dari puisi ini adalah Hai, Ma yang dituliskan WS Rendra di jakrta pada bulan Juli tahun 1992 yang lalu. Puisi ini cukup terkenal dan booming pada jamannya. Hingga sekarang pun puisi ini tetap di kenang dan dijaga keberadaannya. Semoga puisi WS Rendra Ibu ini bisa menjadi salah satu referensi Anda dalam mencari puisi karya WS Rendra. Hai, Ma! Rendra Jakarta, Juli 1992 Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya Ada malam-malam aku menjalani lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa padahal angin tidak ada Bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan kehadiran kegelapan Tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa….. Hidup memang fana Ma, Tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada Kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara, dijauhi ayah bunda dan ditolak para tetangga Atau aku terlantar di pasar, aku berbicara tetapi orang-orang tidak mendengar Mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita Aku marah, aku takut, aku gemetar, namun gagal menyusun bahasa Hidup memang fana Ma, itu gampang aku terima Tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savanna membuat hidupku tak ada harganya Kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana-kemari, mulut berbusa sekedar karena tertawa Hidup cemar oleh basa-basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan, atau percintaan tanpa asmara, dan senggama yang tidak selesai Hidup memang fana, tentu saja Ma Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tak tahu kenapa Rasanya setelah mati berulang kali tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku Kelenjar-kelenjarku bekerja, sukmaku menyanyi, dunia hadir, cicak di tembok berbunyi, tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali Mengingat kamu Ma adalah mengingat kewajiban sehari-hari Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma Masing-masing pihak punya cita-cita, masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata Hai Ma, apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu Ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu Masya Allah, aku selalu kesengsam dengan bau kulitmu Ingatkah waktu itu aku berkata Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna Wuah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini Dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa Kemaren dan esok adalah hari ini Bencana dan keberuntungan sama saja Langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa Sudah ya Ma… 2. Puisi WS Rendra Kangen WS Rendra biasa akrab disapa sebagai seorang sastrawan atau penyair terkenal yang berasal dari Indonesia. Mempunyai nama lengkap yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lahir di Solo, Hindia Belanda. Pada tanggal 7 November 1935 dan kemudian meninggal di Depok Jawa Barat. Pada 6 Agustus 2009 ketika umur 73 tahun. Selain itu WS Rendra mempunyai julukan sebagai “Burung Merak” ketika itu. Nah dibawah ini ada puisi terbaik WS Rendra tentang kangen yang bisa Anda jadikan referensi dalam membaca dan membuta puisi. Kangen Rendra Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta Kau tak akan mengerti segala lukaku karna cinta telah sembunyikan pisaunya. Membayangkan wajahmu adalah siksa. Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan. Engkau telah menjadi racun bagi darahku. Apabila aku dalam kangen dan sepi Itulah berarti aku tungku tanpa api. Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta Kau tak akan mengerti segala lukaku karna cinta telah sembunyikan pisaunya. Membayangkan wajahmu adalah siksa. Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan. Engkau telah menjadi racun bagi darahku. Apabila aku dalam kangen dan sepi Itulah berarti aku tungku tanpa api. 3. Puisi WS Rendra Pendek Puisi bisa digunakan sebagai media dalam mengungkapkan suatu kejadian, pemikiran, ide, cerita, sampai sindiran dan kritik terhadap suatu kejadian. Dalam karya puisi semua orang bisa secara bebas mengungkapkan ide serta gagasan fikirannya. Nah salah satunya adalah puisi yang bait-baitnya berisi syair yang memiliki nilai-nilai agama. Yang nilai-nilai agama itu dijadikan sumber inspirasi dan karya dalam bait puisi tersebut. Barangkali dengan berpuisi mampu untuk menjadi wasilah atau cara dalam menyampaikan doa kepada Tuhan yang Maha Esa. Serta perantara berkeluh kesah serta bersyukur kepada Tuhan dalam menghadapi cobaan. Gumamku ya Allah Rendra Angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, memesona rasa duga dan kira, adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah! Serambut atau berlaksa hasta entah apa bedanya dalam penasaran pengertian. Musafir-musafir yang senantiasa mengembara. Umat manusia tak ada yang juara. Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi. Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu. Agama adalah kemah para pengembara. Menggema beragam doa dan puja. Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda. 4. Puisi WS Rendra Tentang Hidup Pada umumnya, puisi merupakan salah satu karya sastra yang berfungsi sebagai perantara dalam menyampaikan pesan maupun perasaan. WS Rendra merupakan sastrawan yang terkenal dan berasal dari Indonesia. Beliau terkenal memiliki banyak karya seperti puisi, cerpen, sajak dan skenario drama. Ada banyak karya puisinya yang terkenal serta populer di kalangan masyarakat Indonesia. Baik itu karya sastra puisi yang bertemakan tentang senang, sedih, semangat, motivasi, romantis dan tentang kehidupan. Nah dibawah ini adalah puisi tentang kehidupan karya dari WS Rendra yang bisa Anda jadikan referensi. Hidup Itu UAP Rendra Hidup itu seperti UAP, yg sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! Ketika Org memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja. Bahwa mobilku adalah titipan-NYA, Bahwa rumahku adalah titipan-NYA, Bahwa hartaku adalah titipan-NYA, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA … Tapi mengapa aku tdk pernah bertanya, MENGAPA DIA menitipkannya kpd ku? UTK APA DIA menitipkan semuanya kpd ku. Dan klu bukan milikku, apa yg seharusnya aku lakukan utk milik-NYA ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA? Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu MUSIBAH, kusebut itu UJIAN, kusebut itu PETAKA, kusebut itu apa saja … Utk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA…. Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dgn KEBUTUHAN DUNIAWI, Aku ingin lebih banyak HARTA, Aku ingin lebih banyak MOBIL, Aku ingin lebih banyak RUMAH, Aku ingin lebih banyak POPULARITAS, Dan kutolak SAKIT, Kutolak KEMISKINAN, Seolah semua DERITA adlh hukuman bagiku. Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, hrs berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dgn kehendakku. Aku rajin beribadah, maka selayak nya lah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku … Betapa curangnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagang ku dan bukan sebagai Kekasih! Kuminta DIA membalas Perlakuan baikku dan menolak keputusan-NYA yg tdk sesuai dgn keinginanku … Padahal setiap hari kuucapkan, *Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU. Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yg selalu bersyukur dlm setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH … Sebab aku yakin….ENGKAU akan memberikan anugerah dlm hidupku … KEHENDAKMU adlh yg ter BAIK bagiku .. Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adlh sebuah KEKAYAAN. Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yg aku miliki juga adlh PEMBERIAN. Ketika aku ingin jadi yg TERKUAT, ….aku lupa, bahwa dlm KELEMAHAN, Tuhan memberikan aku KEKUATAN. Ketika aku takut Rugi, Aku lupa, bahwa HIDUPKU adlh sebuah KEBERUNTUNGAN, krn AnugerahNYA. Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kpd NYA Bukan krn hari ini INDAH kita BAHAGIA. Tetapi krn kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH. Bukan krn tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi krn kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa. Bukan krn MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi krn kita YAKIN BISA.! semuanya menjadi MUDAH. Bukan krn semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi krn kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK, Tak ada hari yg MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yg membuat SULIT. Bila kita tdk dpt menjadi jalan bsr, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yg dpt dilalui org, Bila kita tdk dpt menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yg dpt menerangi sekitar kita, Bila kita tdk dpt berbuat sesuatu utk seseorg, maka BERDOALAH utk kebaikan. 5. Puisi WS Rendra Gugur Untuk kalian para penggemar syair dari WS Rendra, berikut ini adalah puisi WS Rendra bertema tentang gugur. Puisi merupakan salah satu karya WS Rendra yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya. Semoga Anda yang membaca puisi ini juga cukup menikmati puisi WS Rendra yang bertemakan gugur ini. Dan dapat dinikmati para pendengar maupun pembaca puisi lainnya. Puisi Gugur Rendra Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Tiada kuasa lagi menegak Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya Ke dada musuh yang merebut kotanya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Ia sudah tua luka-luka di badannya Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya Sesudah pertempuran yang gemilang itu lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya 6. Puisi WS Rendra Tentang Cinta Bakat WS Rendra dibidang sastra sudah mulai terlihat sejak Beliau duduk dibangku SMP. Pada saat itu memang sudah terlihat dan menunjukkan bakat serta kemampuannya. Kemampuan yang ditunjukkannya adalah dengan menulis karya puisi, drama serta cerpen atau cerita pendek. Namun selain menulis, WS Rendra juga piawai ketika berada di atas panggung. Beliau sudah tampil dan mementaskan beberapa karya dramanya. Dan yang terutama yaitu tampil sebagai pembaca syair puisi yang berbakat. Pada tahun 1952 ia mulai terpublikasi di layanan media masa melalui majalah Siasat. Kemudian karya-karya puisinya mulai lancara mengalir menghiasi pada berbagai macam majalah. Beberapa majalah yang terhiasi karya WS Rendra seperti majalah Basis, Kisah, Seni. Siasat Baru dan Konfrontasi. Dan hal itu secara terus berlanjut ke berbagai majalah, dan yang utama adalah majalah yang keluar pada tahun 60’an serta 70’an. Dan ini salah satu puisi cinta WS Rendra yang bisa Anda nikmati syairnya. Pamplet Cinta Rendra Pejambon, Jakarta, 28 April 1978 Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. Memandang wajahmu dari segenap jurusan. Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Aku merindukan wajahmu, dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. Kampus telah diserbu mobil berlapis baja. Kata-kata telah dilawan dengan senjata. Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini. Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat. Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan Suatu malam aku mandi di lautan. Sepi menjdai kaca. Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit. Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada. Sepi menjadi kaca. Apa yang bisa dilakukan oleh penyair bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ? Udara penuh rasa curiga. Tegur sapa tanpa jaminan. Air lautan berkilat-kilat. Suara lautan adalah suara kesepian. Dan lalu muncul wajahmu. Kamu menjadi makna Makna menjadi harapan. ……. Sebenarnya apakah harapan ? Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu. Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak. Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu. Aku tertawa, Ma ! Angin menyapu rambutku. Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi. Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur. Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung. Perutku sobek di jalan raya yang lengang……. Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian. Aku menulis sajak di bordes kereta api. Aku bertualang di dalam udara yang berdebu. Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar, aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu. Lalu muncullah kamu, nongol dari perut matahari bunting, jam duabelas seperempat siang. Aku terkesima. Aku disergap kejadian tak terduga. Rahmat turun bagai hujan membuatku segar, tapi juga menggigil bertanya-tanya. Aku jadi bego, Ma ! Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih. Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku, dan sedih karena kita sering berpisah. Ketegangan menjadi pupuk cinta kita. Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ? Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak. Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang. Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan. Ma, nyamperin matahari dari satu sisi, memandang wajahmu dari segenap jurusan. 7. Puisi WS Rendra Surat Cinta Dalam puisi WS Rendra surat cinta ini menceritakan bahwa penyair dan pencipta puisi ini sedang menyukai seorang wanita. Wanita yang dimaksud pada puisi ini adalah Narti. Dengan menciptakan puisi ini WS Rendra menyampaikan dan mengungkapkan akan perasaannya. Dalam puisi ini mengungkapkan bahwa Ia ingin dan berniat menikahi Narti serta menjadikannya sebagai istri. Kemudian dijadikan Narti sebagai Ibu bagi anak-anaknya. WS Rendra memang sudah tidak asing keberadaannya dikalangan para penyair Indonesia pada jamannya sampai sekarang. Keberadaan dan namanya seakan telah diabadikan dengan balutan berbagai karya-karya indahnya itu. Puisi Surat Cinta Rendra Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu ! Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya, Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta Wahai, dik Narti dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain­ penyair dari kehidupan sehari-hari, orang yang bermula dari kata kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa Semangat kehidupan yang kuat bagai berjuta-juta jarum alit menusuki kulit langit kantong rejeki dan restu wingit Lalu tumpahlah gerimis Angin dan cinta mendesah dalam gerimis. Semangat cintaku yang kuta batgai seribu tangan gaib menyebarkan seribu jaring menyergap hatimu yang selalu tersenyum padaku Engkau adalah putri duyung tawananku Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut, mendesahlah bagiku ! Angin mendesah selalu mendesah dengan ratapnya yang merdu. Engkau adalah putri duyung tergolek lemas mengejap-ngejapkan matanya yang indah dalam jaringku Wahai, putri duyung, aku menjaringmu aku melamarmu Kutulis surat ini kala hujan gerimis kerna langit gadis manja dan manis menangis minta mainan. Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan dan langit iri melihatnya Wahai, Dik Narti kuingin dikau menjadi ibu anak-anakku ! 8. Puisi WS Rendra Ibunda Ada banyak puisi WS Rendra yang cukup terkenal dan polpuler di Indonesia. Salah satunya adalah puisi WS Rendra tentang Ibunda ini. Mensyairkan bait tentang pengorbanan seorang Ibunda. Namun puisi Ibunda ini tergolong puisi singkat karena hanya terdiri dari 2 bait puisi. Sehingga cocok bagi Anda yang suka puisi WS Rendra singkat. Sajak Ibunda Rendra, Jakarta 23 Oktober 1977 Mengenangkan ibu adalah mengenangkan buah-buahan. Istri adalah makanan utama. Pacar adalah lauk-pauk. Dan Ibu adalah pelengkap sempurna kenduri besar kehidupan. Wajahnya adalah langit senja kala. Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya. Suaranya menjadi gema dari bisikan hati nuraniku. Mengingat ibu aku melihat janji baik kehidupan. Mendengar suara ibu, aku percaya akan kebaikan manusia. Melihat foto ibu, aku mewarisi naluri kejadian alam semesta. Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku, aku pun ingat kamu juga punya ibu. Aku jabat tanganmu, aku peluk kamu di dalam persahabatan. Kita tidak ingin saling menyakitkan hati, agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing yang selalu, bagai bumi, air dan langit, membela kita dengan kewajaran. Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu. Demikian pula koruptor, tiran, fasis, wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli, mereka pun punya ibu. Macam manakah ibu mereka? Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa? Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam? Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya “Ibu aku telah menjadi antek modal asing; yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi kemelaratan rakyat, lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah, sementara orang desa yang tanpa tanah jumlahnya melimpah. Kini aku kaya. Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung bakal kuburanmu nanti.” Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya. Tetapi lalu bagaimana sang anak akan menerangkan kepada ibunya tentang kedudukannya sebagai tiran, koruptor, hama hutan, dan tikus sawah? Apakah sang tiran akan menyebut dirinya sebagai pemimpin revolusi? Koruptor dan antek modal asing akan menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan? Dan hama hutan serta tikus sawah akan menganggap dirinya sebagai petani teladan? Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya? Mungkinkah seorang ibu akan berkata “Nak, jangan lupa bawa jaketmu. Jagalah dadamu terhadap hawa malam. Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan. O, ya, kalau nanti dapat amplop, tolong belikan aku udang goreng.” Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu. Kamu adalah tugu kehidupanku, yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini. Kamu adalah Indonesia Raya. Kamu adalah hujan yang dilihat di desa. Kamu adalah hutan di sekitar telaga. Kamu adalah teratai kedamaian samadhi. Kamu adalah kidung rakyat jelata. Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku. 9. Puisi WS Rendra Sajak Anak Muda Dibawah ini adalah sebuah puisi WS Rendra yang tergolong modern karya dari WS Rendra. Beliau adalah sastrawan fenomenal dalam dunia sastra Indonesia. Puisi dari WS Rendra dibawah ini cukup menarik untuk dibaca maupun didengar. Hal itu bisa dilihat dari struktur pada baris dan baitnya yang memiliki isi otokritik pada kondisi bangsa Indonesia. Otokritik yang disampaikan WS Rendra adalah ketika masa penjajahan. Puisi ini terdiri dari 17 bait yang setiap baitnya hampir semuanya mengungkapkan suatu sindiran pada bangsa Indonesia pada masa penjajahan. WS Rendra menyampaikan secara cerdas dan gamblang mengenai gambaran masyarakat pada saat itu. Sajak Anak Muda Rendra Jakarta, 23 Juni 1977 Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur. Kita kurang pendidikan resmi di dalam hal keadilan, karena tidak diajarkan berpolitik, dan tidak diajar dasar ilmu hukum. Kita melihat kabur pribadi orang, karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa. Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, karena tidak diajar filsafat atau logika. Apakah kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua? Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja? Inilah gambaran rata-rata pemuda tamatan SLA, pemuda menjelang dewasa. Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. Bukan pertukaran pikiran. Ilmu sekolah adalah ilmu hapalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan. Dasar keadilan di dalam pergaulan. serta pengetahuan akan kelakuan manusia, sebagai kelompok atau sebagai pribadi, tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji. Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, tidak bisa kita hubung-hubungkan. Kita marah pada diri sendiri. Kita sebal terhadap masa depan. Lalu akhirnya, menikmati masa bodoh dan santai. Di dalam kegagapan, kita hanya bisa membeli dan memakai, tanpa bisa mencipta. Kita tidak bisa memimpin, tetapi hanya bisa berkuasa, persis seperti bapak-bapak kita. Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. Di sana anak-anak memang disiapkan untuk menjadi alat dari industri. Dan industri mereka berjalan tanpa henti. Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa? Kita hanya menjadi alat birokrasi! Dan birokrasi menjadi berlebihan tanpa kegunaan – menjadi benalu di dahan. Gelap. Pandanganku gelap. Pendidikan tidak memberikan pencerahan. Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan. Gelap. Keluh kesahku gelap. Orang yang hidup di dalam pengangguran. Apakah yang terjadi di sekitarku ini? Karena tidak bisa kita tafsirkan, lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja. Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini? Apakah ini? Apakah ini? Ah, di dalam kemabukan, wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Mengapa harus kita terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijasah dokter, dianggap sebagai orang terpelajar, tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. Dan bila ada tirani merajalela, ia diam tidak bicara, kerjanya cuma menyuntik saja. Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja? Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum dianggap sebagai bendera-bendera upacara, sementar hukum dikhianati berulang kali. Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi dianggap bunga plastik, sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi. Kita berada di dalam pusaran tata warna yang ajaib dan tak terbaca. Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. Dan bila luput, kita memukul dan mencakar ke arah udara. Kita adalah angkatan gagap. Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Kita adalah angkatan yang berbahaya. - Sastrawan WS Rendra telah meninggal tahun 2009 lalu semoga Alloh merahmatinya. Namun sebelum meninggal dan saat terbaring sakit, beliau sempat menulis sebuah puisi. Puisi ini sangat dalam maknanya. Bahwa sesungguhnya hidup ini adalah amanah, dan apa yang ada pada diri kita adalah titipan semata. Maka tidak boleh ada yang disombongkan sedikitpun dari kita, karena semua itu hanyalah titipan. Yang suatu saat akan diambil kembali oleh Nya. Hanya saja kita tidak pernah tahu, kapan Dia akan mengambilnya. Puisi ini juga mengingatkan akan pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian. Seperti sabda Nabi “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yakni kematian”.[HR. At-Tirmidziy no. 2307, An-Nasa'iy 1824 dan Ibnu Majah no. 4258. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' no. 682]. Al-Imam Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata, “Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menyerupakan segala kelezatan yang fana dan segala keinginan duniawi dan kehancurannya dengan sebuah bangunan yang menjulang. Bangunan itu akan runtuh oleh berbagai goncangan hebat. Lalu Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan orang yang terlena dengan dunia untuk mengingat penghancur kelezatan tersebut yakni, maut agar ia tak terus-menerus condong kepadanya, sehingga ia pun menyibukkan diri dengan sesuatu yang wajib atas dirinya berupa penghadapan diri kepada kampung abadi yaitu, akhirat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy 6/92] Berikut adalah puisi terakhir dari WS Rendra, semoga bisa menjadi renungan dan peringatan Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap! Ketika orang memuji milikku, aku berkata bahwa ini hanya titipan saja. Bahwa mobilku adalah titipan-Nya, Bahwa rumahku adalah titipan-Nya, Bahwa hartaku adalah titipan-Nya, Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya ... Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya, "Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?" "Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?" Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? Malahan ketika diminta kembali, kusebut itu musibah, kusebut itu ujian, kusebut itu petaka, kusebut itu apa saja ... Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita ... Ketika aku berdo'a, kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi, Aku ingin lebih banyak harta, Aku ingin lebih banyak mobil, Aku ingin lebih banyak rumah, Aku ingin lebih banyak popularitas, Dan kutolak sakit, Kutolak kemiskinan, Seolah semua derita adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan kasih-Nya, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ... Betapa curangnya aku, Kuperlakukan Dia seolah "Mitra Dagang" ku dan bukan sebagai "Kekasih"! Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku ... Duh Allah ... Padahal setiap hari kuucapkan, “Hidup dan Matiku, Hanyalah untukMu ya Allah, ampuni aku, ya Allah ... Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakmu saja ya Allah ... Sebab aku yakin Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku .. Kehendakmu adalah yang terbaik bagiku ... Semoga manfaat Sahabatmu... Dari pelbagai sumber, antara lain

puisi terakhir ws rendra hidup itu seperti uap